TARIAN JAWA TENGAH
1.
Tari
Serimpi

Tari
Serimpi adalah tari klasik dari Jogjakrta
yang selalu dibawakan oleh 4 penar karena kata serimpi berarti 4 yang
melambangkan 4 unsur dunia yaitu : api, angin, udara dan bumi (tanah). Tari
serimpi diperagarakan oleh 4 orang putri ddengan nama peran Batak, Gulu, Dhada
dan Buncit yang melambangkan 4 buah tiang pendopo. Tari serimpi dikaitkan
dengan kata impi atau mimpi karena gerak tari yang lemah gemulai membuat
penontonnya merasa dibuati ke alam mimpi.
2.
Tari Bedhaya

Tari
Bedhaya : sembilan orang penari dengan menggunakan tata busana dan
rias wajah serta tata rambut yang sama. Masing-masing penari membawakan peran
dengan nama yang berbeda-beda, yaitu: Batak, Gulu, Dhadha, Endhel Weton, Endhel
Ajeg, Apit Meneng, Apit Wingking, Apit Ngajeng, Bancit. Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa yang dinamakan Bedhaya yaitu rakitan penari sembilan orang
yang diatur secara rytmische figures dan standen, masing-masing penari memiliki
rol sendiri-sendiri, yaitu endel, gulu, dada, batak, buntil, dan empat orang
pengapit. Tari Bedhaya memiliki rhytme berbeda sekali yaitu lebih halus dan
tenteram dalam gerakannya.
3.
Tari
Merak

Tari
Merak ini salah satu tarian yang popular di Jawa Tengah. Seperti namanya tarian
ini merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan burung Merak. Pada
umumnya penarinya menggunakan selendang yang terikat dipinggang, dimana
selendang tersebut dibentangkan menyerupai sayap burung. Selain itu penarinya
juga memakai mahkota berbentuk kepala burung Merak.
4.
Tari
Gambyong

Tari
Gambyong ini merupakan salah satu jenis tarian pergaulan di masyarakat.
Biasanya diawali dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok
apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang.
5.
Tari Bondan Payung

Tarian ini berasal dari Surakarta. Dalam
tari bondan paying ini menggambarkan seorang anak wanita yang sedang
menggendong boneka mainan dan payung terbuka, menari dengan hati-hati di atas
kendi yang diinjak dan tidak boleh pecah. Dengan kata lain tarian ini
melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.
6.
Tari
Angsa

Tari
Angsa ini menggambarkan keagungan seorang dewi yang diiringi oleh sekelompok
burung angsa. Dalam tarian ini ada perpaduan antara kebudayaan Timur maupun
Barat. Biasnya tari Angsa ini dibawakan oleh 7 orang penari wanita (satu orang
penari berperan sebagai Dewi, enam orang penari sebagai angsa).
7.
Tari
Beksan Wireng

Beksan
Wireng : berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yaitu prajurit yang
unggul, yang ‘aeng’, yang ‘linuwih’. Tari ini diciptakan pada jaman
pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam
olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini
menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang.
Ciri-ciri tarian ini :
— Ditarikan oleh dua orang putra/i
— Bentuk tariannya sama
— Tidak mengambil suatu cerita
— Tidak menggunakan ontowacono (dialog)
— Bentuk pakaiannya sama
— Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending.
Ciri-ciri tarian ini :
— Ditarikan oleh dua orang putra/i
— Bentuk tariannya sama
— Tidak mengambil suatu cerita
— Tidak menggunakan ontowacono (dialog)
— Bentuk pakaiannya sama
— Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending.
8.
Tari
Jlantur

Sebuah
tarian yang dimainkan oleh 40 orang pria dengan memakai ikat kepala gaya turki.
Tariannya dilakukan dengan menaiki kuda kepang dengan senjata tombak dan
pedang. Tarian ini menggambarkan prajurit yang akan berangkat ke medan perang,
dahulu merupakan tarian penyalur semangat kepahlawanan dari keturunan prajurit
Diponegoro.
9.
Tari Prawiroguno

Tari
ini menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih diri dengan
perlengkapan senjata berupa pedang untuk menyerang musuh dan juga tameng
sebagai alat untuk melindungi diri.
10.
Tari Sintren

Sintren adalah kesenian tari tradisional
masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan.
Sejarah : Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono.
Sejarah : Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono.
11.
Tari Kethek Ogleng

Kethek Ogleng merupakan salah satu
bentuk kesenian rakyat yang masih berkembang dengan bentuk yang beragam di
Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. kisahnya menceritakan seekor kera jelmaan raden
gunung sari dalam cerita panji dalam upaya mencari dewi sekartaji yang
menghilang dari istana.untuk mengelabuhi penduduk agar bebas keluar masuk desa
dan hutan,maka raden gunung sari menjelma jadi seekor kera putih yang lincah
dan lucu.
Tari
Kethek Ogleng ini dalam mengekspresikannya menggambarkan gerak-gerik sekelompok
kera putih.dalam tarian ini terlintas ungkapan
kelincahan,kebersamaan,semangat,kelucuan dan atraktif.
12.
Tari Jathilan

Jatilan adalah salah satu jenis
tarian rakyat yang bila ditelusur latar belakang sejarahnya termasuk tarian
yang paling tua di Jawa.
Tari yang selalu dilengkapi dengan property berupa kuda kepang ini lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya, yaitu keadaan tidak sadar diri pada salah seorang penarinya.
Penari jatilan dahulu hanya berjumlah 2 orang tetapi sekarang bisa dilakukan oleh lebih banyak orang lagi dalam formasi yang berpasangan. Tarian jatilan menggambarkan peperangan dengan naik kuda dan bersenjatakan pedang.
Selain penari berkuda, ada juga penari yang tidak berkuda tetapi memakai topeng.
Tari yang selalu dilengkapi dengan property berupa kuda kepang ini lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya, yaitu keadaan tidak sadar diri pada salah seorang penarinya.
Penari jatilan dahulu hanya berjumlah 2 orang tetapi sekarang bisa dilakukan oleh lebih banyak orang lagi dalam formasi yang berpasangan. Tarian jatilan menggambarkan peperangan dengan naik kuda dan bersenjatakan pedang.
Selain penari berkuda, ada juga penari yang tidak berkuda tetapi memakai topeng.
13.
Tari Kuda Lumping

Kuda Lumping adalah seni tari yang
dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu
atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian
ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
14. Tari Wira Pertiwi

Tarian
ini merupakan kreasi baru ciptaan Bagong Kussudiardjo yang menggambarkan sosok
kepahlawanan seorang prajurit putri Jawa. Ketegasan, ketangkasan dan
ketangguhan seorang prajurit tergambar dalam gerak yang dinamis.
15. Tari Beksan Gatotkaca
Tari Beksan Gatotkaca merupakan
bagian dari sebuah sajian wayang wong gaya Yogyakarta dalam kisah Rebutan Kikis
Tunggrana.
Dalam tarian ini, dikisahkan perjuangan dari Gatotkaca maupun Suteja dalam mempertahankan batas wilayah kekuasaannya yang berupa hutan, bernama Hutan Tunggrana. Akhirnya jalan penyelesaian yang terpaksa dipilih adalah melakukan perang tanding. Keduanya dikisahkan melakukan perang tanding dengan naik kendaraan berupa burung garuda.
Dalam tarian ini, dikisahkan perjuangan dari Gatotkaca maupun Suteja dalam mempertahankan batas wilayah kekuasaannya yang berupa hutan, bernama Hutan Tunggrana. Akhirnya jalan penyelesaian yang terpaksa dipilih adalah melakukan perang tanding. Keduanya dikisahkan melakukan perang tanding dengan naik kendaraan berupa burung garuda.
terima kasi banyak sebelumnya ya min ^^. artikel ini sangat berperan banyak pada hidup saya karena ini benar benar berguna, struktur dan tulisannya sangat rapi dan sangat mudah dimengerti, saya semakin paham juga atas ini semua. teruslah berkarya untuk anak bangsa , sukses selalu dan sehat selalu ^^
ReplyDeletebandarq terpercaya
terima kasih dan salam hormat terdalam saya ya min